Perkembangan Moneter Indonesia
Tahun 1999
Pemerintah telah mengambil keputusan
untuk melakukan likuidasi terhadap 38 bank pada Maret 1999 ini. Keputusan pemerintah
pada 13 Maret 1999 tersebut juga menetapkan 9 bank yang tetap beroperasi dengan
mengikuti rekapitalisasi dan 7 bank yang diambil alih pemerintah serta 73 bank
yang tetap beroperasi tanpa rekapitalisasi. Langkah mendasar dalam rangka penyehatan
perbankan tersebut masih menghadapi iklim usaha yang kurang sehat seperti tingkat
suku bunga deposito yang lebih tinggi dari pada suku bunga kredit (negative spread).
Suku bunga antar - bank juga relatif tinggi sekitar 37 persen untuk overnite pada
akhir Maret 1999, yang mengindikasikan ketatnya kondisi likuiditas perbankan.
Berdasarkan laporan mingguan dari
Bank Indonesia (BI), menurunnya jumlah uang kartal pada minggu III Maret 1999
sebesar Rp 1,4 triliun dari posisi minggu II Maret 1999 mengindikasikan kembali
tenangnya masyarakat setelah proses restrukturisasi perbankan diumumkan pemerintah.
Sementara itu, perkembangan besaran moneter yang lain hingga akhir Maret 1999
menunjukkan posisi aktiva domestik bersih maupun cadangan devisa bersih berada pada
tingkat memenuhi adjusted target yang ditetapkan oleh IMF.
Sedangkan dari laporan harian BI, transaksi devisa bank Indonesia menunjukkan surplus sebesar 9,3 juta USD dalam bulan Maret 1999. Posisi surplus ini tercapai berkat penerimaan devisa dari ekspor sebesar 134,8 juta USD, sementara penjualan devisa tercatat sebesar 125,5 juta USD. Dengan perkembangan ini diperkirakan cadangan devisanetto di akhir bulan Maret akan sedikit di atas 14,51 milliar USD yang tercatat pada minggu III Maret 1999.
Tahun 2009-2010 Sedangkan dari laporan harian BI, transaksi devisa bank Indonesia menunjukkan surplus sebesar 9,3 juta USD dalam bulan Maret 1999. Posisi surplus ini tercapai berkat penerimaan devisa dari ekspor sebesar 134,8 juta USD, sementara penjualan devisa tercatat sebesar 125,5 juta USD. Dengan perkembangan ini diperkirakan cadangan devisanetto di akhir bulan Maret akan sedikit di atas 14,51 milliar USD yang tercatat pada minggu III Maret 1999.
Perkembangan berbagai indikator
ekonomi menjelang akhir tahun 2009 ditandai oleh terus berlanjutnya perbaikan kondisi
makro ekonomi Indonesia. Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme
terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makro
ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 diprakirakan tumbuh 4,3%,
inflasi tercatat sebesar 2,78%, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat
surplus, dan nilai tukar secara point – to - point menguat sebesar 15,65%
dibandingkan dengan tahun lalu. Di tengah – tengah krisis global, berbagai kinerja
yang cukup positif tersebut tidak terlepas dari daya tahan permintaan domestik
yang kuat, sektor perbankan yang tetap sehat dan stabil, ekspektasi pemulihan ekonomi
global yang semakin optimis, serta respons kebijakan fiskal dan moneter yang
akomodatif dalam mendukung terjaganya perekonomian domestik.
Di sisi domestik, konsumsi rumah
tangga masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat
serta keyakinan konsumen yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya
konsumsi mendorong optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan investasi,
terutama sejak pertengahan tahun 2009. Pada triwulan IV - 2009, investasi diperkirakan
tumbuh lebih tinggi yang tercermin antara lain pada peningkatan konsumsi semen
dan perbaikan pertumbuhan impor barang modal. Dengan semakin membaiknya kondisi
perekonomian tersebut, pertumbuhan ekonomi secara tahunan di kuartal IV - 2009
diperkirakan akan mencapai sebesar 4,4%. Secara keseluruhan tahun 2009,
perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,3%. Kebijakan moneter Bank
Indonesia untuk mencapai sasaran inflasi sebesar 5±1% di tahun 2010 akan didukung
oleh implementasi serangkai langkah kebijakan. Di sisi operasional, fokus kebijakan
diarahkan untuk meningkatkan efektifitas transmisi kebijakan moneter, mengelola
ekses likuiditas perbankan, dan menjaga volatilitas nilai tukar dalam rangka terjaganya
ekspektasi inflasi masyarakat.
Di sisi struktural, upaya koordinasi
dengan Pemerintah akan ditingkatkan untuk memitigasi dampak struktural inflasi
yang bersumber dari masalah distribusi, tata niaga, dan struktur pasar komoditas
bahan pokok. Untuk itu, Tim Pengendalian Inflasi yang merupakan tim lintas departemen
yang terkait dengan pengendalian inflasi akan terus diefektifkan baik di pusat maupun
di daerah. Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan
sasaraninflasi tahun 2010 sebesar 5% ± 1% dan arah kebijakan moneter saat ini juga dipandang
masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan berlangsungnya intermediasi
perbankan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 6 Januari 2010 memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate pada level 6,5% dengan koridor suku bunga yang juga tetap
sebesar +/-50 bps di sekitar BI Rate, yaitu suku bunga repo sebesar 7% dan suku
bunga FASBI sebesar 6%.
semoga untuk kedepannya tidak terjadi lagi krisis monoter terima kasih telah berbagi
BalasHapus